Selasa, 07 Mei 2013

Diam

Tuhan, nampaknya ada yang salah dengan Cangkir Cappuccinoku
aku menyeruputnya cepat-cepat
namun, mengapa ia tak kunjung habis?
airnya tetap saja hangat
tak menjadi beku, gigil, dan menyayat

airnya semakin bening
oh aku tahu!
mungkin itu tetesan surga mata-mata yang lelah ini
izinkan aku membisu, Tuhan
Tuhan, izinkan aku tak mendengar, Tuhan



nyenyat dan cabikan luka ini belum sepenuhnya kering
kembali tertetes ekstrak citrus yang kembali mengoyak-oyak
aku pikir ini namanya duri api
apa bisa dipadamkan? Entah...

Tuhan, aku mengaduh dalam gemerlapnya malam
aku tertatih di antara kerumunan orang
dadaku sesak mendengar gonggongan perusak asa
tercatut sebuah nama
lagi-lagi sebuah nama

entah, dari sekian milyar orang di muka bumi ini,
layakkah dia selalu menjadi eluannya?
layakkah?
pantaskah?

bukankah aku juga perlu sebuah kedamaian?
biar saja dingin sepi memelukku hingga ke nadi
sekaligus mengeringkan aliran darahnya
agar ia tahu, bahwa aku telah mati
agar ia bahagia, bahwa aku telah mati

tinggal sebuah namaku yang mengeja pelan
sangat pelan, hingga tenggelam
dalam derap kerumunan orang
kau memancing untuk mengucap sebuah nama yang sama

Tuhan, apakah ini?
sudikah aku mendengar gonggongan yang mematikan itu?
mengalir menelisik kuat ke sanggurdi
hingga aku rasa, aku harus diam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar