Kamis, 05 Oktober 2017

Waiter: Seorang Penunggu

aku telah terbiasa menjalani hari sebagai seorang penunggu. menunggui seseorang yang bahkan iapun tak tahu bahwa dirinya dicinta dan ditunggu. menunggui kesempatan serta harapan yang selalu menjadi nafas segar bagiku di setiap engalan tarikan nafas. gelapnya malam membuatku semakin takut untuk menghadapi hari esok. sebab, setiap penantian atas sesuatu yang telah kuputuskan, cabang-cabang kemungkinan itu tumbuh. memberi harap dan nyawa baru, ataukah hanya sebuah panggilan kematian atas harap? entahlah. dalam menyikapi hal tersebut
, aku memiliki tonggak-tonggak pusakaku sendiri, yang kusebut sebagai prinsip. namun nampaknya aku selalu saja berpegang pada prinsip-prinsip yang salah. prinsip-prinsip yang menyalahi aturan atas ingin diriku sendiri. aku selalu saja terbuai pada harapan awal yang disajikan. warna peraknya perlahan berpendar seiring dengan kelamnya malam. semoga, esok hari adalah jawaban atas penantian yang telah aku usahakan sebelumnya. semoga, esok hari adalah kenyataan dari apa-apa yang telah kau rapelkan kemarin. semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar