Kamis, 19 Oktober 2017

Tiga Belas Oktober Pukul Delapan Belas Lima Belas Menit

memang terkadang perpisahan bisa membuat mata kita menjadi segar lewat air mata, hati menjadi peka lewat gelombang besar yang lebih besar, lewat orang-orang yang menyentuh hidup kita. kau tak lebih adalah seorang pejuang. kau adalah pemegang tonggak-tonggak atas kehidupanmu sendiri: aku pantang kalah sebelum berjuang. lalu saat ini kau adalah pemenang dari mimpimu yang telah terlebih dahulu mengangkasa. menjadi doktor muda sekaligus seorang surveyor visioner dengan cita dan masa depan gemilang. jarak yang membentang di antaranya adalah sekat di antara cita-cita yang berkembang di ruang agar rindu yang terbentuk tetap tertata. meski telah ada puluhan pelukan yang hilang, hal itu tidak akan pernah bisa kita beli. meski luka menahan rasa terpatri sepi. letih adalah satu-satunya kawan dalam mengusap peluh. berkali kutanamkan pada dirimu: kau adalah sebaik-baik penyelesai atas dirimu sendiri. jangan pernah ragu pada dirimu sendiri. sebab itu adalah kematian atas jiwamu. Allah tahu kamu lelah, kamu letih, Allah tahu kamu menangis, namun Ia tak ingin kamu menyerah.

Gastroesophageal Reflux Disease menjadi kenalanmu di sepuluh hari belakangan. saat kau dipeluk sepi, dibungkam rasa engah untuk sistem digestimu bekerja. R12 memacumu untuk membuat dada lebih bergejolak, memanas, dan LES sedang kehilangan kuasa untuk menahan. terlalu berat katanya. alveoli menangkap segala resah dan air mata R12 yang terpendam dalam kantung lambung. lalu, ia tak kuasa menahan air mata. jiwanya rapuh, badannya rusak. lalu ia tak henti menangis. 

tidak ada yang akan kutangisi lagi, sebab saat ini keikhlasan dan penerimaan akan kepergian menjadi satu-satunya yang kita perlukan. cukup membahagiakan dan menjadi yang paling sulit dilepaskan: ucapan selamat dan semangat, ide cemerlang, motivasi, penyemangat dan pengukir rindu dalam hal apapun, penguat, pelindung, penyelamat, pencemburu, pemikat segala rasa dan tawa, penyungging senyum, dan selalu saja kau membuatku jatuh cinta padamu berulang kali. pada pemilik senyum yang sama. terlalu banyak hal indah yang kau ciptakan, walau hanya di satu tahun ini. aku benci.

aku tahu kamu melihat. mendengar segala desah nafas dan alunan rindu yang pelan-pelan aku bacakan. aku mendekap nisanmu. merangkul gambar atas dirimu. aku tahu, kau bahagia dan kau mendapati apa yang mungkin selama ini kamu tunggu: wanita yang selama ini aku harapkan, datang dan memberikan rasa cintanya yang tak kunjung reda. hingga saat ini: hari terakhirku melihat dirinya. 

kau telah berlaku bijak terhadap diri sendiri: menyesuaikan kekuatan yang kau miliki dengan beban yang kamu ambil. kamu telah berhasil mendapatkan beasiswa PMDSU S2 dan S3, serta kau tetap saja membaktikan diri di tempat kerja. setiap malam memeluk rindu, di awal kalimat pembuka aku selalu menyapamu, "Hi Bi! hari ini kamu mau kasih tepuk tangan buat diri sendiri nggak?" satu pembuka sederhana, namun tetap bisa menjagamu dalam debar asa dan cita.

terima kasih telah menghidupkan aku yang sering layu. aku yang sering gugur, kering, dan meranggas. terima kasih untuk bahu yang rela menjadi sandaran kala letih, dada yang selalu tertumpah air mata, telinga yang tak pernah bosan mendengar, hati yang selalu membuatku jatuh cinta, dan lisan yang selalu menghidupkan. 

el....
someone always be prettier
someone always be smarter
someone always be younger

but, they never be you!
thank you bie!
tenang di sana, selamat jalan.

doa, peluk cinta penuh kasih dariku.
ichak ichik :)



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar