Kamis, 05 Oktober 2017

sudah pernah kubilang bahwa telah lama aku memaafkan dan melupakan segala bentuk kesakitan yang pernah datang kepada diriku. seperti itu kira-kira kataku. aku pernah mendeklarasikannya di depanmu. namun kau hanya membalasnya dengan senyum manjamu yang tak akan pernah berubah. namun, jauh di dalam rongga yang tak pernah ada yang tahu takaran dalamnya, masih duduk dengan congkaknya dirimu yang sama sekali tak pernah memudar. dalam semua kesakitan yang pernah terjadi, aku selalu menolak untuk membuka diri. semacam ada rasa takut untuk kembali jatuh dan terluka. padahal, sejujurnya aku tahu. bahwa apabila aku
membuka kembali relung itu, maka secara otomatis obat pereda nyeri itu akan datang dengan sendirinya. kau paham tidak, bahwa antara rasa sakit dan obatnya itu saling bersisian? bahkan aku tak bisa melihat sekat di antara keduanya. hingga kau sangat susah untuk mendapatkan obat itu tanpa mendapatkan rasa luka. di akhir, yang paling kubenci dari segala ini adalah aku selalu saja membiarkan tubuhku bermandikan air hujan - hingga semuanya telah mengering. lalu kudapati pipiku yang kurang perhatian ini basah oleh kenangan akan dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar