Jumat, 26 Agustus 2016

Untuk Pria, yang Tetap Pada Pelukan

malam itu, tanggal dua puluh dua lalu. entah mengapa bahumu basah oleh air mataku yang penuh akan kesedihan. bukan inginku untuk pergi, pun inginmu untuk melepasku. di keramaian, kita merasa sendiri. menjadi sendiri-sendiri. deru turbulensi ((katamu)) membuatku semakin sesak. kulihat ke bawah. tak ada lagi kulihat tempat kita biasa habiskan waktu, tertawa, menangis, tempat mimpi dan asa yang pelan-pelan kita retas, bahkan peron yang dulu menjadi tempat kita bersama melepas jogja.

dan kini, apa yang kurasa
sepi dan sendiri
aku menikmati kepergianku sendiri
di antara bunga kertas yang menguning
burung yang bahagia terbang tinggi
debu yang menggesek dedaunan kering
asap yang semakin menyesakkan dada
sementara kita saling berbisik
memohon untuk lebih lama lagi tinggal


lalu, tak lagi kujumpai indah dunia tanpa dirimu
menjerit pada langit pekat
berharap ia tahu bahwa aku rindu
di antara kereta yang menderu
lagu yang bisu
buku berdebu
semuanya hilang dan beku
karena kamu
tak ada di sisiku~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar