Senin, 14 April 2014

Untukmu, yang Masih Jadi Nomer Satu

Selamat siang kesibukanmu
aku pikir kita sama - sama sibuk

sibuk terhadap proses perbaikan
kita sama - sama saling menunggu
sembari menunggu, maka kita saling memutuskan
memutuskan untuk perbaikan

sayang, kau tahu kan dada ini begitu sesak?
menunggu kabar darimu
atau menunggu suara gagahmu mengalun melalui gendang telingaku


kau tahu?
bukan jarak sebenarnya yang memisahkan kita
apalah artinya empat jam perjalanan dalam sebuah pemecah rindu?
apa artinya lima menit untuk saling memberi kabar dan semangat?

bukan bukan jarak, sayang
namun kesibukan
kesibukan kita yang membuat kita saling menjauh
menjauh dalam pertemuan fisik
dan mendekat dalam takupan doa - doa malam

sayang, kau tahu?
ingin rasanya kubertemu denganmu

aku merasa sepi dan sendiri
padahal dunia luar begitu sangatnya hiruk pikuk
dunia luar tertawa
sementara aku menangis
menahan rindu

sayang, kau tahu?
Dia membiarkan kita dalam rindu yang meranggas
Dia membiarkan kesibukan kita tidak terlalu menghujam rindu
Dia membiarkan rindu itu ada, hangat, dan terbungkus dalam balut doa

Sayang, biarlah kita saling menyibukkan diri
asal jemari tetap saling merapat
bibir berucap dalam naungan - Nya

sayang, ini sedikit surat untukmu
untukmu yang masih jadi bagian nomer satu

untukmu, yang dingin dan menghangatkanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar