pernah suatu saat kita berjanji untuk bertemu
mungkin bukan janji yang terlalu penting bagimu
yah, entahlah aku selalu yakin bahwa saat-saat
yang berkaitan denganmu itu sangat penting
sangat wajib untuk kuingat dan mungkin kutulis di sini
mungkin apapun yang berkaitan denganmu
ya dengan namamu selalu kutulis di sini
agar aku bisa mengingatnya nanti
atau mungkin agar banyak yang mendoakannya ini untuk kita
maaf, maksudnya kebaikan untukku, untukmu, dan semoga saja kita
siang itu aku masih saja terjebak di tengah pekatnya asap Jogja
di antara rentetan mobil, motor, dan deru asap kendaraan
aku berjuang.
ummm tidak juga sih
ah, bahasaku terlalu berlebihan
untuk bertemu kamu di suatu tempat
tempat yang menuturutmu, dan juga aku sangat menarik
sebuah toko buku dengan cafe di lantai dua
aku selalu merasa aman, nyaman,
dan selalu saja kepalau dipenuhi tentang angan tentangmu
ah, maafkan aku
sudah, sekarang kita duduk bersisian di sini
berhadapan
merengkuh segelas susu vanilla
manis, ah sangat manis
entah gula yang terlalu banyak tertakar, atau karena aku melihatmu?
ah, lagi-lagi aku terlalu jujur
entahlah, aku sangat senang melihat
sebuah gigi sebelah kananmu
yang tersembul malu-malu
hey, lihatlah!
gigi gingsulku di sebelah kiri.
ah, tidak penting
hanya senyum yang saling kita lemparkan di awal itu
senyum yang penuh makna
entah, sepertinya bibir ini ingin sekali berkata
namun semua kata yang telah aku siapkan tertahan malas di tenggorokan
malas terdorong keluar
malas
malas
malas
ah, lihatlah kau mulai dengan sebuah tawa
untuk mengurang grogi mungkin
yah, mungkin
aku bukan peramal yang bisa mengetahui apa yang kamu maksud
entahlah
aku merasa ada sesuatu yang tersembul dari bibirku
aku merasa seperti berada dalam suatu resonansi
yang sangat besar sekali
jenis gelombang transversal atau longitudinal
sepanjang tera meter pun tak mampu menyainginya
entahlah
entah
entahlah
apakah ini, Tuhan ?
Tuhan, jelaskan padaku apa ini?
setelah mendengar kata-kata terlontar dari bibirmu
aku merasakan sebuah kedamaian
bukan damai
eh iya bukan
hanya seperti berada di antara deretan bidadari surga
Tuhan, di bagian bumi manakah aku beradab saat ini?
aku merasa lima b uah matahari berdewret mengelilingiku
menjadikan tubuhku leleh
ya, leleh karenanya
tapi aku tak merasa panas sedikit pun
aku merasa tenang, senang, damai, dan bahagia
ah, apakah benar aku bahagia?
entahlah, aku hanya merasakan tubuhku ringan
jiwaku kembali segar, dan sampai hari ini pun aku bahagia
hanya ada senyum terekah terkembang yang sekarang menghujam deras tubuhku
aduh, apa ini?
ada pa ini?
apakah ini perasaan?
apakah ini sebuah rasa?
rasa yang sering mereka bilang...
ah, aku malu menuliskannya
ya kuharap kau mengerti apa yang aku katakan
apa yang aku maksud
apa yang aku tuliskan di sini
Yogyakarta, 15 November 2012
at 12:53
di antara kerumunan orang dan KAMU
http://risaumari.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar