sungguh ia penanda bagi kaum yang berfikir
sungguh ia membukakan kekayaan dan kesuksesan
di waktu Duha
aku merelakan separuh hatiku terbang
dalam satuan mili yang tak bisa diterjemahkan
dalam ketidakberdayaanku merangkul
di waktu Duha
aku mengamatimu lamit-lamit
di balik kaca yang berpendar dalam embun
dalam pipi yang membeku kelu
di waktu Duha
aku melepaskanmu
kamu melepaskanku
dalam ketidakberdayaan kasih
di waktu Duha
aku mengenangmu dalam elega
aku mencemburui waktu yang ada
aku berkeras kepala pada jarak
di waktu Duha
aku memang harus rela membiarkan kemarau itu pudar
tersenyum tegar saat besi itu membawamu
di antara deret kursi yang berdecit
di waktu Duha
sang perobek karcis lebih dahulu menyapamu
kakimu tergulai lemah
melangkah menuju masa depan yang kita impikan
di waktu Duha
aku hanya bisa mengenangmu
dalam rentetan kata dan gambar kita berdua
di waktu Duha
aku merindukanmu
dalam balutan kasih sayang pencipta Duha
di waktu Duha
aku melepaskan kepergianmu
ps : tak ada yang lebih indah daripada pertemuan langsung dua insan manusia yang telah dipisahkan sejauh 4486 km dalam waktu bertahun-tahun lamanya
tak ada yang lebih indah daripada pancaran matamu dan senyummu yang rekah
tak ada yang lebih indah daripada lesung pipimu yang tergores indah di wajahmu yang bertabur air wudhu
sayang, selamat tinggal untuk cerita di hari kita bertemu
akan ada cerita indah lagi esok
berjanjilah padaku bahwa
kau akan tetap di sini
kau akan tetap kuat dan tegar meraih mimpimu
sayang, diam-diam aku sangat mencintaimu
21/02/15
07:09 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar