Bunda....
apa kau dapat mendengar jeritanku di negeri seberang ini?
apa kau dapat mendengar rintih air mata ini?
apa kau bisa melihat mataku yang cekung ini penghujan?
Bunda....
maaf untuk tahun ini aku kembali tidak di sampingmu
di hari ulang tahunmu yang begitu spesial
seringkali dulu, aku acuh pada hari ini
hari spesial untukmu
tidak, aku tak pernah acuh
pernah dulu
tanpa sepengetahuanmu
aku tak berjajan di sekolah selama satu minggu
kusisihkan uang saku yang tak seberapa itu
untuk membelikanmu kado
jangan kalian pikir kami hidup susah
tidak
saat tahun 90an kau tahu kan bahwa
menghabiskan uang seribu rupiah itu susah
mencari uang sepuluh ribu itu susah
dulu
sepulang sekolah
aku berpamitan keluar
ingin belajar kelompok kataku
dari rumah temanku itu, yang dekat swalayan
aku berjalan ke sana
membawa uang sepuluh ribu rupiah
entah aku tak tahu ingin membeli apa
aku tak pandai memilih
aku tak bisa jua merangkai kata indah
apalagi memasak
aih
kuputuskan membeli tissue
untuk aku taruh di atas meja kerjamu
lengkap dengan tempatnya yang berenda pita
cukup cantik kataku
sisa uang itu aku belikan beberapa bungkus tepung agar-agar
sepulang dari kerja kelompok,
diam - diam aku hidupkan kompor dan membuat agar - agar
memang ini sangat biasa
tapi menurutku ini indah
karena aku tak biasa melakukannya
dan tentu saja, semua ini aku lakukan dengan cinta
Bunda....
sudah hampir dua puluh tahun anakmu sekarang
bukan lagi anak kecil yang selalu merengek
bukan lagi yang selalu acuh pada kata-katamu
Bunda....
aku sangat merindukan suaramu
pelukanmu
atau hanya sedikit saja polesan senyum di bibir keriputmu
Bunda....
dalam perjalananku beranjak dewasa
seringkali aku lalai
bahwa kau dan Ayah akan semakin menua
aku tak sadar oleh itu
Bunda....
dalam perjalananku dahulu ke tanah rantau aku berjanji
setiap pagi tetap melakukan hal yang selalu kulakukan di rumah
berpamitan denganmu dan Ayah
salim kepadamu dan Ayah
dan memelukmu dan Ayah
Bunda....
sudah kan aku menepati janjiku?
walau hanya lewat layar gadget
walau hanya lewat air mata yang berurai
Bunda....
tahun ini di ulang tahunmu
aku di tanah orang
masih berkutat dengan sulitnya ujian (hidup)
di naungi hari - hari suci
aku rindu masakanmu
semangatmu membangunkanku sahur
rebutan makanan dengan adik
atau hanya sekedar makan berempat
aku rindu
Bunda....
maafkan aku yang sedikit ingkar
aku pernah berkata bahwa aku tak lagi ingin menangis
aku ingin selalu mencintai hidupku yang jauh darimu
hidup jauh darimu memang tak enak, Bunda
Bunda....
aku cukupkan surat cinta ini
maaf aku lelah sudah menangis
sambil menatapi layar laptop yang terus berdesing
Bunda....
s e l a m a t u l a n g t a h u n
29 Juni 2014
doa yang tak pernah putus dariku untukmu, Ayah, dan adik
salam hangat penuh rindu cinta, dari anakmu yang sudah beranjak dewasa
Risa Umari Yuli Aliviyanti
di Kota Yogyakarta yang sedang berjuang menghadiahimu gelar CUM LAUDE S.Farm., Apt.
Aamiin
**Bunda, ingatkan aku
27 Juli nanti usiaku 20 tahun
ingatkan aku untuk tidak cengeng lagi yaa
ingatkan aku untuk segera mencari kekasih
hihi rasanya sudah ingin memilah-milah kekkasih
aku sudah dewasa, Bundaaa ;p
Jumat, 27 Juni 2014
Surat Cinta Untuk Bunda
by
peracik kata
on
23.31.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar