Kamis, 28 Desember 2023
Akhir 2023
Di malam yang mulai kelam dan suara-suara di kepala yang semakin bising, akubsudah tidak punya daya lagi untuk mencerna isi pesanmu.
“Tak apa, baik-baik ya! Aku turut bahagia atas hari indahmu!” Kataku.
Setelah itu, kuseka air mata yang menggenang di kedua kelopak mataku, manakala kau berterima kasih padaku. Sebab, aku pernah menjadi salah sayu bagian dari perwujudan ingin-inginmu.
Namun aku sadar, keputusanmu sudah bulat. Saling melepas ibarat simpul yang kehilangan daya ikat. Kukebang perasaan yang telah mutlak jadi hambar.
Masih terekam dengan sangat jelas. Di malam yang penuh derai air mata itu. Pada punggungmu yang lamat-lamat menjauh, saat itu juga kesedihanku melekat, dan sesalku perlahan mendekat.
Desember 2023 ini memang hanya 31 hari. Tapi lukanya penuh liku. Semua tanya yang ada selama 2023 dijawab di Desember ini. Belum mengering satu luka, terbuka lagi luka lain. Dan semakin nanar.
Namun, terima kasih untuk diri sendiri. Sebagai orang terdekat. Yang masih saja memeluk diri ini dengan erat. Ketika aku sedang diremuk kisah kasih yang penuh khianat.
Jumat, 28 Juli 2023
Tahun Terakhir
Semantap-mantapnya aku berusaha merencanakan masa depan,
Pernah aku lalai untuk menempatkan satu ruang untuk ridha
Bahwa mungkin saja hari esok adalah hari yang terjadi di luar kehendak kita
Dan ap yang terjadi di luar perencanaan kita adalah yang terbaik bagi Allah
Senin, 31 Oktober 2022
Perspektif Kedua
Mungkin deratan pesan berantai kala itu
Ataupun puisi yang tak pernah selesai untuk aku tuliskan membuatmu sedikit tersipu
Katamu, kamu juga punya banyak hal yang lebih hebat dibanding aku
Hahaha aku tahu. Sejak dahulu. Tapi kamunya saja yang baru menyadari.
Katamu bertanya, bolehkah memulai 1 parafrase saja di halamanku ini
Tentu saja. Ini bukan hanya dunia milikku saja, tapi kau juga.
Setelah sekian malam yang gigil terlewati tanpa pelukmu,
Setelah banyak malam gelap sunyi tanpa hadirnya suaramu,
Nyatanya kini kau kembali
Meramu beberapa temu menjadi satu
Menghidupkan kembali malam dan angan yang pupus dan hilang
Ujarmu, kamu memperhatikanku dari jauh
“Masih kulihat sosokmu yang pekerja keras. Yang tak sedikitpun gentar untuk menyerah pada mimpimu.”
“Masih kulihat garis wajahmu yang tegas. Yang bisa memberi keputusan untuk semua anak-anakmu di tempat kerja.”
“Masih kulihat punggungmu yang tegap dan penuh tempaan.”
“Dan juga masih kulihat kasih sayangmu yang begitu tulus dan lembut. Yang banyak memberiku tangkupan doa. Yang tak pernah sekalipun merubah sikapmu kepadaku.”
Banyak lubang yang membuat kita jatuh.
Banyak luka yang menyayat hati dan juga pikiran kita.
Tapi di sudut kota Jogja saat itu, hiruk pikuk kepala menjadi satu.
Terdiam dan hening. Penuh bisu.
Dalam dekap hangat pelukmu.
Ya, itulah yang selama ini kurindukan.
Katamu, kamu masih hafal di mana letak kedai makanan terenak kesukaan kita
Di pojok jalanan yang ramai, ada sebuah kedai sup terenak
Di pinggir kota, kuah gulai selalu teringat, kan?
Di jalanan yang selalu wajib terlewati
Di tempat kita biasa mengukir mimpi
Di tempat kita pernah menangisi kesulitan hidup bersama
Meski entahlah, untuk siapa bahagiamu kelak
Di tempat kita selalu memusingkan hidup, menerima amorfati, dan berusaha saling menguatkan
Meski kini, kau mungkin jauh lebih kuat menopang lemahnya hidupmu
Dan di setiap sisi potongan kenangan Jogja
Katamu, kamu tak akan pernah lupa.
Rabu, 14 Oktober 2020
do the best, but dont forget to prepare the worst
tujuan hidup seringkali menjadi satu-satunya hal yang membuat aku tetap semangat menyambut pagi. tetap menerima lelah dan peluh, tetap mendengar hujatan, bahkan tetap menerima luka yang dikirimkan bertubi-tubi.
Kesibukan yang sengaja aku susun begitu padat membut aku sedikit melupakan tentang duka yang menyayat. Tentang pengkhianatan yang menerjang. Serta tentang perasaan yang memang tidak pernah disadarinya.
Di antara tumpukan janji yang dibuat, ia paham sekali tentang batasan mampunya ia. Tentang batasan lelahnya ia. Tentang raga yang ternyata memang butuh sedikit saja berjeda.
Barang sedetikpun, jeda yang muncul membuatnya melanglang buana. Pergi mengembala ke dalam pikirannya sendiri. Dia sangat membenci isi kepalanya. Hatinya berusaha selalu menerima, namun kepalanya selalu menolak. Harinya terlihat begitu bahagia, namun lukanya semakin lebar menganga
Minggu, 26 Juli 2020
Kemapanan Jiwa
Minggu, 05 Juli 2020
Terima kasih telah menghadirkan banyak sekali cinta dalam hidup. Menunjukkan bahwa kehidupan ini tidak melulu melihat sesuatu yang menyilaukan. Laiknya waktu di bumi, kita juga harus merasakan gelap agar tahu apa itu terang. Pun juga kita harus merasakan terang, agar tahu apa itu gelap.
Merasa dicintai secara penuh olehmu itu ternyata seluar biasa ini.
Senin, 30 Desember 2019
Jumat, 06 September 2019
"Iya ini mau ada acara di rumah."
"Loh acara apa?"
"Kirim doa untuk Mama."
Ternyata"jalani saja" membuat saya sudah berjalan sejauh ini. Tiga ratus enam puluh lima hari dengan berbagai macam cerita. Resign industri - gagal PNS - gagal kerja di Kalimantan - kerja di apotek - keterima ASDOS UMY - resign apotek - keterima ASDOS UAD - kuliah S2. Bukan saya yang sangathebat, tapi doa Mama dan Ayah saya yang menembus langit. Perjalanan ini sungguh memompa jantung. Melatih nafas, dan tentu saja menghabiskan banyak sekali air mata.
Jumat, 16 Agustus 2019
namun hancur sehancur-hancurnya
bagaimana bisa, kita jatuh sekaligus luka di dalam satu waktu?
nampaknya sering
berharap pada suatu masa
jatuh pada suatu bayang
yang sebenarnya dia tak pernah ingin bergerak mendekat
menoleh pun enggan