Dalam sujud-sujud malam itu kamu mengadu, seketika luruh semua jeruji
yang selama ini menjebak dirimu tetap termangu di sana. Dunia tak
pernah jadi penjara bagi jiwa-jiwa yang merdeka. Sayangnya, hatimu
terlanjur lelah mendaki, maka biarkan saja ia jatuh. Ia akan sampai pada
pengharapannya yang terdalam, bahwa tak ada yang lebih menenangkan
dalam hidup selain ketakberdayaan yang diridhai-Nya: ketakberdayaan yang
berjumpa mesra dengan kemahakuasaan-Nya pada sepertiga malam yang
syahdu.
Masa lalu yang selalu kau sesali, masa
depan yang terlalu kau khawatirkan, dan apa-apa yang sedang kau jalani
dengan rasa ragu, memang sudah tak pantas lagi untuk terus kau dekap.
Lihatlah, lenganmu terlalu hangat dan indah bila sekadar kau gunakan
untuk memeluk ketakutan-ketakutan.
Kini maukah kau memejamkan mata, lalu dengarkan bisikan hati yang telah lama kau abaikan?
Apa yang sebenarnya kau cari?
Apa yang sebenarnya kau perjuangkan?
Apa yang membuatmu bertahan untuk terus memelihara nafas?
Ke mana langkah kakimu menuju?
Untuk apa kau ada?
Untuk…
apa
kau
diciptakan?
Selasa, 29 Oktober 2013
Di Malam Ini....
by
peracik kata
on
04.06.00
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar